Terlambat Bukanlah Sebuah Budaya

Beberapa orang mengatakan bahwa terlambat adalah sebuah tabiat yang sulit dapat diubah karena telah menjadi sebuah "budaya" bagi sebagian orang. Pemikiran tersebut membuat beberapa orang yang mencoba merubah label orang Indonesia pada dirinya sendiri bahwa tidak semua orang Indonesia gemar terlambat menjadi gusar tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menulis mengenai hal tersebut di blog seperti saya. Tentunya, saya tidak bisa menceramahi orang-orang di sekitar saya yang secara sadar atau tidak cenderung terlambat belas atau puluhan menit dari jam yang telah dijanjikan. Sesuatu yang bisa saya lakukan paling kencang hanyalah sindiran-sindiran terhadap mereka yang terlambat. Sindiran-sindiran yang dilontarkan pun tidak bisa straight to the point seperti yang orang Barat lakukan pada umumnya. Karena, yap. Sebagian masyarakat Indonesia masih belum terbiasa dengan kalimat-kalimat sarkastik dan lebih dapat menerima sindiran yang dicampur dengan candaan haha hihi supaya tidak terdengar memojokkan. 

Sindiran menohok yang pernah saya dengar adalah ketika sahabat saya yang menjadi buddy dari mahasiswa Jepang yang sedang menjalani program pertukaran pelajar. Beberapa dari kita mungkin sudah mengerti bagaimana orang Jepang kebanyakan menghargai waktu dan akan gusar jika kereta bawah tanah mereka terlambat barang semenit saja. Saya pribadi memahami bagaimana kepengin meledaknya mahasiswa Jepang tersebut ketika harus menghadapi kebanyakan teman-teman host country-nya suka ngaret. Dan sahabat saya mendapatkan "it's okay to be late" darinya karena keterlambatan teman saya. Kalau saja orang Indonesia yang mengatakan hal itu mungkin teman saya hanya akan menanggapinya dengan gurauan atau permintaan maaf sambil lalu. Tetapi bila hal tersebut dilakukan seseorang yang memiliki perbedaan tabiat yang mencolok apalagi oleh orang asing, lain cerita. Yang saya takutkan adalah, citra masyarakat Indonesia menjadi terjeneralisasi karena keterlambatan yang sering dilakukan oleh mayoritas teman-teman kita, ketika suatu saat teman Jepang saya akan bercerita pada keluarga dan teman-temannya mengenai bagaimana orang Indonesia biasa hidup. Bukan sesuatu yang tidak mungkin kalau mereka akan mendeskripsikan Indonesia dengan "oh, Indonesian people is totally different with us if you ask me what is the meaning of time for them. If they promise to meet you at 9.00 am it means they gonna meet you thirty minutes later or even more. It is how they usually do."

No, they aren't talk bad about us, they just describe us.

Kita memang tidak akan mengerti apa arti keterlambatan dan tepat waktu bila kita berada di lingkaran orang-orang yang menganggap terlambat adalah sebuah budaya. Tapi kita baru akan merasakan perasaan malu bila terlambat bila kita berada di lingkaran yang terbiasa tepat waktu.

Terlambat bukanlah sebuah budaya. Terlambat adalah pilihan. Kita bisa memilih untuk tepat waktu atau tidak. Bila kita memilih ya, tentu saja harus tepat waktu, selain hal itu adalah cerminan bagaimana kita menghargai waktu yang kita miliki, upaya menepati janji, pun menghargai kesediaan orang yang kita temui karena telah mau memberikan waktunya.

0 comment(s):

Post a Comment

Thanks for the comment, guys. Avoid spam comment, huh? ^^